Translate

Kamis, 03 Mei 2012

SOSIOLOGI KOMUNIKASI



Sosiologi komunikasi adalah ilmu yang memberi pemahaman tentang kajian sosiologis dari kegiatan komunikasi, khususnya komunikasi massa. Kajian dari sosiologi komunikasi meliputi hubungan media massa dengan institusi sosial lain yang ada dalam masyarakat, hubungan di dalam institusi media termasuk proses produksi isi media dan hubungan media massa dengan khalayak.

Komunikasi: Process by which an individual transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of another individuals communicant (Carl Hoveland dlm bukunya Social Communication).

Untuk memahami dan menjelaskan hubungan antara fenomena komunikasi dan masyarakat dalam perspektif sosiologi paling tidak ada 3 teori besar yang harus diperhatikan:
1. Teori fungsionalisme dalam paradigma fakta sosial
2. Teori interaksionisme simbolik dalam paradigma definisi sosial (tindakan sosial dan fenomenologi)
3. Teori pertukaran sosial dari paradigma perilaku sosial

I. Emile Durkheim menjelaskan arti sosiologi dengan adanya fakta sosial, yaitu cara bertindak, berpikir dan berperasaan di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya (The rules of sociological method).

Dalam kaitan tersebut George Ritzer dalam bukunya Sociology, a Multiple Paradigm Science melihat ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yaitu:
(1) Struktur Sosial (susunan atau konfigurasi dari beberapa orang dengan katagori yang berbeda tetapi terikat pada suatu tata hubungan kerjasama); dan
(2) Pranata Sosial (norma-norma sosial serta pola-pola nilai sosial dalam masyarakat)
Fakta sosial yang dimaksud dalam hal ini dapat berwujud kelompok, misal kelompok olah raga, kelompok politik, kelompok hukum, dsbnya. Dapat pula berupa kesatuan, misal kesatuan masyarakat tertentu, bisa berupa sistem sosial (sistem daripada tindakan-tindakan yang terbentuk atas dasar interaksi sosial dari para anggotanya), posisi sosial, nilai-nilai, adat istiadat, dsbnya.

Sifat dari fakta sosial menurut Durkheim, paling tidak mengandung: General, Eksternal dan Memaksa
1. General: keberlakuannya tidak hanya untuk perseorangan melainkan umum bagi semuanya
2. Eksternal: keberadaannya di luar eksistensi individu. Artinya tidak tergantung dan tidak melekat pada diri seseorang
3. Memaksa: memaksa setiap orang untuk member arti sebagaimana arti yang telah disepakati oleh penggunanya.

II. Pelopornya Max Weber. Dalam bukunya The Structure of Sosial Action. Ia memfokuskan pada realitas sosial yang dikaitkan dengan tindakan (sosial). Artinya bahwa tindakan hanya dapat disebut sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain dan mempunyai makna subyektif baginya.
Ada 3 premis dasar dalam kaitan teori ini menurut Herbert Blumer dalam bukunya Symbolic Interactionism: Perspective and Method, yaitu:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar MAKNA yang dimiliki oleh benda, kejadian, atau fenomena itu bagi mereka.
2. Makna suatu benda atau fenomena bukan terletak pada benda, fenomena atau kejadian tetapi tergantung pada seseorang atau masyarakat memberikannya. Karena makna-makna ini merupakan hasil interaksi sosial antar seseorang dengan orang lain dalam masyarakat.
3. Makna-makna itu dikelola serta dimodifikasi melalui suatu proses, penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dihadapi sewaktu interaksi berlangsung.

Kesimpulannya menurut G. Ritzer:
1. Tanggapan seseorang dalam proses interaksi bukan merupakan tanggapan yang langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungan atau luar lingkungannya, melainkan hasil dari PROSES INTERPRETASI terhadap stimulus
2. Stimulus bukan merupakan determinan faktor terjadinya tindakan manusia. Antara stimulus dan respon terdapat variabel yang menjembatani, yaitu proses mental atau proses berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

suka/bermanfaat..? tuliskan komentar